Di sebuah kampung kecil di Alor, Nusa Tenggara Timur, ada kisah tentang seorang ibu Tangguh, Mama Juleha. Setiap pagi, beliau memikul harapan sambil membawa keranjang berisi pisang. Ia berjalan kaki dari rumah, kadang ke pasar, kadang keliling kampung, menawarkan dagangannya dari rumah ke rumah. Panas dan lelah bukan hal baru baginya. Yang penting, bisa pulang membawa sedikit uang untuk beli beras dan mencicil utang.
Cerita tentang Ketulusan
Salah satu relawan AdaOrangBaik.com berpapasan dengan Mama Juleha di jalan yang sering beliau lewati. Relawan melihat sosok ibu yang sedang berdiri di pinggir jalan, membawa sisa dagangan yang belum habis. Dari wajahnya, tampak jelas rasa letih, tapi juga kesabaran yang dalam. Tanpa pikir panjang, relawan itu menghampiri dan memutuskan untuk memborong semua pisang Mama Juleha.
Awalnya, Mama Juleha tampak bingung. Dagangannya memang habis, tapi ia tak menyangka akan diborong sekaligus. Ketika relawan itu memberikan uang lebih, Mama Juleha buru-buru menolak.
“Jangan kasih uang banyak,” katanya pelan, sedikit gelagapan. “Saya sudah senang, dagangan habis.”
Relawan itu tersenyum dan menjawab, “Nggak apa-apa, Ma. Ini buat Mama, yang sudah capek jalan keliling seharian.”
Air Mata Haru Seorang Ibu
Mama Juleha tertegun. Ia menunduk, memandangi uang yang disodorkan, lalu memandang wajah relawan. Tangannya mulai gemetar, bibirnya bergetar menahan tangis.
“Eh… terima kasih banyak,” ucapnya lirih. Air matanya mulai jatuh, tapi ia berusaha tetap tersenyum.
Relawan mencoba menenangkan, “Mama juga sehat-sehat ya.”
Tapi ucapan itu justru membuat Mama Juleha semakin haru. Tangisnya pecah. Ia menunduk dalam-dalam sambil berkata, “Kenapa terlalu banyak…”
“Nggak apa-apa, Ma. Itu rezeki dari Tuhan, memang buat Mama,” jawab relawan itu sambil menggenggam tangan Mama Juleha.
Mama Juleha mengangguk pelan, masih sambil menangis. Tangannya menggenggam erat tangan relawan, seolah tak ingin melepas. Ia tak banyak bicara, tapi dari tatapannya, kami tahu—ia benar-benar tersentuh.
Momen itu sederhana, tapi begitu hangat. Kadang yang dibutuhkan seseorang bukan bantuan besar, tapi rasa dihargai. Didengar. Ditemani.
Ibu Pejuang Lainnya Menanti Uluran Tangan Kita
Mama Juleha bukan satu-satunya. Di banyak tempat lain, masih banyak ibu-ibu yang setiap hari berjalan, berdagang, berjuang sendirian. Mereka tak pernah mengeluh, tak pernah meminta lebih. Mereka hanya ingin keluarganya bisa makan hari ini, dan semoga esok masih kuat untuk melangkah lagi.
Sahabat Orang Baik, mari kita bantu mereka yang selama ini berjuang dalam diam.
Kita mungkin tak bisa menghapus semua lelah mereka, tapi kita bisa meringankan langkahnya.
Sedikit bantuan dari kita, berarti besar bagi mereka. Sebab tidak ada kebaikan yang terlalu kecil untuk dibagikan.
🕊 "Mereka yang berjuang dalam diam, layak didampingi—meski dengan langkah kecil.